Senin, 26 November 2012

Candi Muarojambi dan Misteri Istana Kerajaan Sriwijaya

Sekedar untuk mengetahui tentang candi muaro Jambi dan berwisata disana :)


13401644801108320481
Candi Tinggi, salah satu candi utama yang telah dipugar. (dok. pribadi)

Hingga kini, belum ada kesepakatan di antara para ilmuwan mengenai letak persis ibukota Kerajaan Sriwijaya. Ada yang menyebut di Palembang, Jambi, Riau, Jawa, bahkan di Filipina dan Thailand. Anggapan bahwa Palembang merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya semata-mata merujuk pada banyaknya artefak dan prasasti kuno peninggalan Sriwijaya ditemukan di sekitar Palembang. Sedangkan sisa-sisa bangunan istana - sebagai bukti yang paling otentik - belum pernah ditemukan hingga kini. Mungkin terpendam di laut atau mungkin juga telah hancur-lebur tertimbun bebatuan akibat bencana dahsyat jaman lewat.
Tak ada yang tahu!
Tersebutlah, pada tahun 1823, seorang tentara Inggeris melaporkan telah menemukan suatu Komplek Percandian seluas 12 km persegi di sisi Sungai Batanghari, Propinsi Jambi. Melalui penelitian arkeologi lebih lanjut, dipastikan bahwa di lokasi itu terdapat 110 bangunan candi yang tersusun dalam 39 kelompok, masing-masing kelompok dihubungkan oleh kanal buatan. Setiap kelompok memiliki bangunan utama dengan candi-candi kecil di sekitarnya seperti jari-jari mengelilingi naff. Di antara candi utama itu terdapat 7 candi yang terbesar yaitu Astano, Tinggi, Gumpung, Kembar Batu, Gedong, Kedaton dan Koto Mahligai. Khususnya pada Candi Gumpung, beberapa meter di sebelahnya terdapat telaga pemandian para raja yang disebut Telago Rajo.
Jika dihubungkan dengan catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta Budhis pengembara di zaman Dinasti Ming, yang menyatakan telah berkunjung ke Sriwijaya dan bermukim selama 6 bulan, di suatu tempat di tepi sungai, tanpa bayang-bayang pada tengah hari, terletak antara Daratan Tiongkok dan India, terdapat beribu-ribu pendeta menuntut ilmu….. Berdasar catatan itu maka tempat dimaksud yang paling memungkinkan adalah Candi Muarojambi, yang sekaligus kemungkinan adalah Kompleks Istana Kerajaan Sriwijaya!
Namun hypotesa itu pun mudah dipatahkan. Mengingat candi adalah bangunan peribadatan, tanpa atap dan tanpa kamar tidur, tak mungkin dijadikan istana. Tak mungkinlah Raja-raja Sriwijaya yang terkenal kaya-raya beserta permaisuri yang cantik-cantik dan puteri-puteri yang bahenol-bahenol itu tidur beratapkan langit dan berselimut embun. Mestinya mereka memiliki kediaman resmi yang pantas, entah dimana!

1340164745726097802
Ruas jalan menuju Candi Muarojambi, melewati Jembatan Batanghari-II (dok pribadi)
13401648311120650061
Ruas kanal yang menghubungkan Kelompok Candi (dok pribadi)

Biarlah para ilmuwan yang akan mengurai benang-benang misteri itu. Atau ia akan terpendam dalam keabadian sejarah, kita sama-sama menunggu. Untuk saat ini kewajiban kita adalah menghargai setiap peninggalan nenekmoyang, sambil merenungkan kebesarannya dan berusaha menyerupainya. Bahwa di Nusantara ini, pernah berdiri kerajaan maritim terbesar di dunia, yang kedigdayaannya menggetarkan peradaban manusia, dari Barat sampai ke Timur.
Candi Muarojambi telah ditetapkan sebagai situs purbakala dunia oleh Unesco, namun rahasia di baliknya belum banyak tersingkap hingga kini. Candi itu pada umumnya masih terbengkalai, beberapa bangunan candi masih berserakan tanpa pemugaran. Perlu diketahui pula, sejak dahulu kala lokasi itu telah menjadi lahan garapan penduduk. Pohon duku dan durian milik penduduk ada dimana-mana, bahkan di tengah-tengah candi. Begitu pula arca-arca telah banyak yang hilang atau rusak. Sedangkan bejana perunggu yang diduga sebagai tempat air suci untuk persembahan ditemukan sekitar 1990-an lalu, setelah sekian lama digunakan sebagai tempat penampungan getah karet oleh penduduk. 

1340165072768772376
Bujang Dasril, petugas Situs, sedang berjalan menuju pohon raksasa yang tumbuh di atas reruntuhan candi (dok pribadi)
134016546280228537
Bujang Dasril menunjukkan sudut luar Candi Batu yang akan dilakukan renovasi (dok pribadi)

Bujang Dasril, petugas Dinas Pariwisata Prop. Jambi, menuturkan bahwa Candi Muarojambi hanya ramai pada hari libur atau pada saat Imlek, ketika banyak Umat Buddha datang dari segala penjuru untuk melaksanakan ibadah. Tidak jarang peziarah itu datang dari Tiongkok atau India. Suatu ketika, kata Bujang Dasril, seorang Rahib Buddha dari Cina bersemadi di Candi Batu sehari-semalam. Di ujung ritualnya, pendeta senior itu memutar tasbihnya sehingga timbul bunyi gemeratak sampai ke perut candi. Tak ayal, Komplek Percandian itu pun bergetar seperti dilanda gempa bumi. Batu-batu candi bergeser dan daun-daun berguguran. Bujang Dasril pun berpegangan pada suatu pohon karena ketakutan. Percaya atau tidak cerita Si Bujang Dasril ini, terserah saja. Hingga kini ia masih ada di sana.

134016585738446922
Bejana raksasa berdiameter 1 meter lebih, yang diduga wadah air suci candi. Bejana ini ditemukan di ladang penduduk dan telah digunakan sebagai tempat penampungan getah karet. Untung tidak pecah! (dok pribadi)

Candi Muarojambi terletak 40 kilometer sebelah Timur Laut Kota Jambi. Dengan diresmikannya Jembatan Batanghari-II, candi itu dapat dicapai dalam waktu 20 menit perjalanan darat dari pusat kota, dengan aneka angkutan umum yang tersedia.
Jika berada di sana pada saat musim duku atau durian, Anda dapat menikmati terpaan kisah masa lalu sambil menikmati durian. Tapi jangan lupa, kemungkinan Anda duduk di atas tumpukan tanah yang di bawahnya mungkin adalah Singgasana Maharaja Sriwijaya, Wangsa Syailendra yang termasyhur.
Selamat berwisata!


Sumber :http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/06/20/candi-muarojambi-dan-misteri-istana-kerajaan-sriwijaya/

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More