Sabtu, 24 November 2012

Cinta dalam Fisika

 
Cinta adalah komposisi rasa dalam hati yang meradiasikan gelombang cahaya yang berbeda bagi setiap insan yang bisa merasakannya, spektrum gelombang cinta beraneka warna serta memiliki panjang gelombang yang berbeda, juga berasal dari dimensi ruang dan waktu yang berbeda pula (Cinta dalam Kaidah Fisika). 

Cinta membuat pegas jantung bervibrasi, seperti atom-atom diatomik dalam molekul yang tak pernah berhenti bergetar. Semakin besar getaran cinta semakin membara temperatur cinta yang membakar jantung ini. Temperatur cinta yang membara mampu memperbesar energi kinetik benih cinta. Energi kinetik cinta inilah yang selalu ingin membawa kita selalu berada dekat darinya.


Cinta adalah sinyal-sinyal bermuatan dalam hati yang terciptakan untuk memberikan ketenangan jiwa bagi sesama, alam, dan dunia. Cinta dimunculkan untuk memelihara alam yang sudah diciptakan Tuhan Maha Semesta.

Cinta adalah produk dari osilasi muatan-muatan kasih yang membangkitkan energi positif dan juga energi negatif dalam jiwa, cinta sama seperti elektron dalam logam yang mudah terpengaruh bujuk rayu dan cumbu secuplik medan listrik. Akibatnya, cinta tereksitasi dari hati dan terionisasi manifestonya menjadi sikap dan perilaku seseorang. Cinta bertipikal sama dengan elektron pada material semikonduktor yang bermunajat pada pita valensi yang bisa bertransisi ke pita konduksi jika mendapat energi luar maupun medan listrik yang berarti cinta dapat mengubah posisinya bila energi menyapanya.

Pantulan cahaya cinta dapat membuat otot-otot mata menjadi lemah, sehingga lensa mata kita tak dapat lagi mencembung atau mencekung ketika bayangan cinta melintas. Itu membuat bayangan cinta selalu terlihat indah di otak kita. Tetapi aku tak pernah kehilangan cara untuk melihatnya bayangan cinta agar tetap tegak, nyata, dan diperbesar. Dengan menggunakan lensa cembung yang memiliki panjang fokus positif, ku letakkan cinta di ruang dua atau tiga. Dari sinilah bayangan nyata, tegak dan diperbesar akan selalu terpatri dalam hati.

Semakin besar emisivitas cinta (e), semakin besar energi radiasi pesona cinta (P). Karena emisivitas cinta berbanding lurus dengan energi cinta
radiasi 
 Ini dapat membuat otak kita tidak bisa berpikir rasional. Energi radiasi yang besar mempengaruhi atom-atom dalam hati kita bergetar sangat cepat, menimbulkan induksi magnet cinta dalam hati. Induksi magnetik cinta itu sangat berdaya, potensionya bisa menarik apa saja. Bukan hanya besi namun juga hati yang lunak dapat terseret dalam vortex arusnya.
Saat induksi magnetik cinta (B) tumbuh, partikel-partikel cinta (q) tidak bisa diam. Partikel-partikel cinta tertarik oleh gaya Lorentz cinta (F)
gaya-lorentx

Gaya Lorentz cinta inilah yang menghasilkan energi rindu saat jauh darinya. Semakin jauh darinya (s makin besar), makin besar pula energi rindu yang tertahan, karena energi rindu W adalah F x s. Itulah sebabnya cinta berbanding lurus dengan energi rindu.

Saat cinta tumbuh dalam kalbu, getaran-getaran partikelnya beresonansi menghasilkan frekuensi cinta. Frekuensi ini yang mendivergensi gelombang nurani untuk berdenyut impulsif bahkan bergelora bak gelombang tsunami di samudera kalbu.
 
 
 Sumber :  http://dilazhari.blogspot.com/2012/03/antara-cinta-dan-fisika.html

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More